Tsaqifah bani sa’idah 8 Maret 2008
Posted by Syahid. in Sejarah.Tags: gedung DPR, home, saqifah bani sa'idah
trackback
Peristiwa Saqifah itu, bagaimanapun, juga menjadi cikal bakal, tumbuhnya benih perpecahan politik-teologis umat Islam, dalam dua faksi besar: Sunni dan Syiah. Bagi kalangan Syiah, kesepakatan politik di Saqifah itu merupakan penyerobotan atas hak Ali bin Abi Thalib, yang dipandang sebagai pewaris dan lebih berhak atas kepemimpinan Islam (imamah) pasca Rasulullah. Bagi kalangan Sunni, peristiwa di saqifah itu jadi obyek kajian menarik untuk mendiskusikan mekanisme pengangkatan pemimpin dalam Islam.
Saqifah itu dulunya berupa tempat mirip aula, ada pula yang kerap dipakai duduk-duduk, berteduh, sambil berbincang. Rasulullah pernah salat di tempat ini, lalu duduk dan minum air. Di Utara Saqifah itu ada sumur milik Bani Saidah. Keluarga Saidah adalah sahabat Nabi yang kerap menemani Nabi duduk-duduk di Saqifah.
Tempat itu kini masih dipertahankan, dikelola, dilestarikan dalam bentuk taman. Posisinya di sisi Barat Daya Masjid Nabawi, berjarak sekitar 200-an meter. Berseberangan jalan dengan Perpustakaan Raja Abdul Aziz. Itulah satu-satunya taman di kawasan tersebut. Bentuknya empat persegi, sekitar 30 x 30 meter.
Beragam tanaman, pot-pot bunga, rumput, pohon kurma, tanaman lidah buaya, dan masih jenis tumbuhan lain, menghijaukan kawasan tersebut. Memberikan kesegaran di tengah kegersangan. Kicauan burung aneka jenis makin menambah riang suasana taman. Suasana demikian ini sulit dijumpai di sudut Madinah lain, yang lebih banyak dipenuhi ‘taman beton’, gunung batu, atau padang gersang.
Reference : Republika
Komentar»
No comments yet — be the first.